Ole: Papuq Bangak
Masjid Pusaka ini adalah termasuk salah satu aset Desa Songak yang
sekaligus merupakan kekayaan yang tiada ternilai harganya bagi
Masyarakat desa Songak ,bahkan bagi semua umnat Islam di pulau lombok
tercinta ini. mengapa demikian…..sebab Masjid adalah rohmatalli’alamin,
namun kenyataannya tidak lah demikian Masjid pusaka ini hanyalah
rohmatallissonga’I itupun hanya untuk sebagian kecil masyarakat
songak.. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
kesadaran akan keutamaan Masjid. .Kita bagaikan tak tahu diuntung
,banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendatangi masjid padahal tidak
ada diantara kita semua yang tidak tahu bahwa masjid itu baitulloh
(Rumah Alloh) yang semestinya kita senang mendatanginya. namun kita
dalam keadaan terbalik, malah kita semua lebih senang mendatangi rumah
para pejabat agar mendapat sekedar sapaan dari sang pejabat sebagai
pemilik rumah. sedangkan safaan ramah dari Alloh yang maha mulia tidak
prnah kita harafkan, ini adalah keadaan masjid secara umum,terlebih lagi
Masjid Pusaka ini adalah peninggalan para kiyayi yang mumpuni dibidang
ilmu agama bahkan ada yang mengatakan bahwa Ki Sanga Pati itu adalah
sekelompok jamaah para Waliyulloh yang cukup takarrub kepada alloh
azzawa jalla.
Alkisah.
Setelah sekian lama desa ini sepi tanpa berpenghuni akibat dari tidak betah menjadi masyarakat yang di cap sebagai masyarakat leak,. Pada ahir abad ketiga belasan sekitar tahun 1299 M datang lah sembilan orang seperti orang kembar sembilan yang menamakan dirinya Kisanga Pati
merekalah yang kemudian menjadi penghuni baru desa sepi ini.,rupanya
para wali memang sengaja mencari tempat yang jauh dari keramaian,
wajarlah kiranya jika bekas desa ini menjadi pilihan mereka sebab desa
ini sudah dijauhi penduduknya dan apalagi orang lain,pada waktu itu
konon tidak ada manusia yang berani melintasi desa kosong penghuni
ini,walau sudah bertahun tahun sanga pati tinggal ditempat ini barulah
diketahui orang setelah tiba-tiba Masjid ini di bangun.oleh para wali.
Masjid ini dibangun sebagai tempat ibadah sekiligus sebagai tempat
bersemedi dan orang yang membangun Masjid ini sembilan orang yang
kemudian terkenal dengan sebutan;Sanga Pati,tepatnya kira-kira sekitar tahun 1309 M.Konon
Masjid ini dibungun tidak seperti layaknya membangun biasa, Para wali
bekerja tidak sepert tukang rumah dengan menggunakan alat seperti palu
pahat dan lain-lain,namun pembamgunan ini merupakan hasil semedi dari
kesembilan wali ini,yang secara kebetulan sedang membuktikan sebuah
ilmu Laduni yang diperoleh bersama ,selama dalam persemediannya.Dengan kekuatan Batin SangaPati
konon ada tujuh Masjid di Pulau Lombok yang dibangun dalam waktu yang
bersamaan ditempat yang berbeda bahakan nyebar di seluruh pulau Lombok.
Demikianlah sedikit kisah Pembangunan Masjid Pusaka yang sudah
lama menjadi teka-teki tentang keberadaanya,diDesa Songak , Kini Desa
Songak tidak lagi desa yang di takuti orang karena tidak lagi desa
leak melainkan Desa Sanga pati,Desa tempat berdirinya Masjid sebagai
tempat ibadahnya semua umat Islam yang ada di lombok timur dan
sekitarnya. Selanjut nya Masjid ini diyaqini oleh Masyarakat Songak
sebagai tempat penyimpanan semua kekayaan Datu selaparang I ,sebagai
mana sudah di singgung diatas.Juga Masjid ini oleh Masyarakat Songak
dahulu,dijadikan sebagai ajang pertahanan dari serangan musuh baik
secara per orangan maupun secara berkelompok..
Sebagai bukti sejarah mengenai penggunaannya sebagai tempat
berlindung dari gangguan musuh , penulis mengulas sebuah kisah kegiatan
yang oleh orang tua dulu di sebut Mangkat, Mangkat
adalah sebuah ritual yang dilaksanakan ketika orang tua dulu akan
berangkat berperang ketika diperitah datu sakra. Ketika akan berangkat
perang para orang tua dulu senantiasa melaksanakan ritual in, deangan
cara ;Semua yang akan berangkat sebagai Syuhada’ berkumpul dulu diMasjid
pusaka ini, setelah kumpul barulah pemimpin membakar kemenyan ,Sang
pemimpin duduk bersimpuh menghadap kearah mimbar dengan berdoa (doanya
tidak bisa di share)
Sehabis ber do’a barulah mengambil pelapah enau kecil kemudian di
kalungkan keleher ,para hadirin mengikuti apa yang dilakukan sang Imam
setelah siap berkalung ujung pelapah eneu sang pemimpin di ikuti
berkeliling masjid sebanyak tujuh kali putaran layaknya orang tawaf di
baitulloh Sambil berjalan berputar dengan membawa kemenyan yang
mengepul sambil terus sang pemimpin mengumandangkan do’a diatas, selesai
ritual barulah boleh berangkat kemana tempat yang ditunjukkan bagida
datu. Bagi pasukan yang tidak mengikuti ritual tidak di perbolehkan ikut
pergi berperang, jika dia tetap bersikeras dia harus bertarung dulu
melawan pemimpin pasukan, jika diperbolehkan barulah bisa bergabung
tetapi jika tidak diperbolehkan namun nekad , berarti dia akan terbunuh
oleh musuh di medan perang, Selain dipergunakan sebagai tempat ritual Mangkat, Masjid pusaka ini juga di pergunakan sebagai tempat pengesahan minyak Ki Sanga pati yang sekarang terkenal dengan minyak songak
setiap tanggal 12 Rabi’ul awwal setiap tahun dengan ritual mulut adat
yang wajib dilaksanakan setiap tanggal kelahiran Nabi Muhammad s.a.w
itu,.Mengenai bagaimana rituialnya akan dijelaskan pada judul tersendiri
insya’alloh
Masjid pusaka ini sejak dahulu kala ,jika kita perhatikan dengan
seksama se akan tidak pernah sunyi dari berbagai kegiatan masyarakat,
baik yang sifatnya peribadi maupun yang bersipat kemasyarakatan,kita
maswih jumpai kegiatan masyarakat setiap bulan Muharam Masyarakat secara
bersama mengadakan ritual Bubur putiq setiap tanggal lima kadang
tanggal sepuluh atau paling lambat tanggal lima belas Muharam
..Selanjutnya pada bulan safar juga diadakan rituyal Bubur beaq bulan
berikutnya adalah bulan Mulut alias Bulan Rabi’ul awwal tentunya
diadakan perayaan maulid adat sebagaimana telah di sampaikan
diatas.Hanya ada tiga bulan berturut-turut Masjid ini sunyi dari
kegiatan Kemasyrakatan,yang oleh orang tua dulu menyebutnya bulan
suwung.pada tiga bulan ini hanya ada kegitan biasa sebagaimana layaknya
masjid pada umumnya .yaitu kegiatan setiap waktu setiap jumat dan setiap
hari besar Islam lainya.
Demikianlah sekilas mengenai kegiatan Masyarakat Desa Songak dalam
memfaatkan peneinggalan dari sang Sanga pati yang namanya ter ukir
indah pada sebutan nama de itu sendiri yaitu desa Songak.
PERKEMBANGAN MASJID PUSAKA
Sebagai mana layaknya Masjid pada umumnya ,Masjid ini juga mendapat
perhatian dari masyarakat Songak dahulu,sesuai dengan kemampuan dan
tingkat daya fikir masarakat dalam setiap kurun waktu,Pada awalnya konon
masjid ini pernah selama kurun waktu 190 tahun sejak dibangun tahun
1309M. baru pada tahun 1499M untuk pertama kali atap alang-alangnya di
ganti , yang kedua berjarak lima puluh tahunan sekitar 1449M untuk
yang keduanya setelah itu penggantian alang alang berjarak dua pluh
lima tahun ,untuk penggantian selanjutnya.hingga tahun 1719 M. datang
lah Anak agung ke Kerajaan Parwa dadi masjid ini seakan tidak berani
diadakan kegiatan apapun secara terang terangan ,Masyarakat tidak berani
mengatan bahwa ini adalah Masjid melainkan tempat suci ini disebut
Langgar ,bahkan pada kali lain anak Agung lewat dan menanyakan bangunan
tua ini Masyarakat Songak menyebutnya bale Bleq tempat pertemuan
Banjar,Setelah lama anak agung karangasem tidak banyak lagi menanyakan
masalah agama bahkan kerukunan hidup antar umat Islam dan penganut agama
hindu budha mulai bisa berjalan hingga menjelang ahir abad ke 18
sekitar tahun1897-1899 masjid ini mulai dibangunkan Kolam di halaman
masjid tua ini,jalan menuju induk Masjd ditengah tengah.Sebelah kiri,
kolam buat jamaah perempuan sebelah kanan ,kolam buat orang laki-laki
kegiatan ini adalah ahir dari acara pembuatan Jembatan yang menghubungi
Desa Songak dan rumbuk. Inilah awal dari perubahan bentuk
dari Bangunan kuno ini menjadi bangunan moderen sesuai perkembangan
peradaban manusia pada zaman itu,Msjid kuno ini mulai di semen
serambinya sedang kan pondasi bangunan tetap dari tanah. Tempat
berdirinya keempat tiang induknya Mulai daganti Mulanya menggunakan batu
sebagai cendi’ kini diganti dengan bok yang di buat dari tanah liat
yang dibakar dan dilapis semen, persis kaya bok yang dijadikan jarak
setiap kilo meter di jalan raya zaman belanda.Walau serambi ,cendi’sudah
dlapisii semen namun keasliannya masih terlestariakan,baik ukuran
besarnya jumlah tiang pada pinggirnya maupun pagar ansak sajinya bahkan
ketinggian pondasinya.
Baru pada tahun 1920 datanglah tuan guru lopan dari Darmaji Lombok
tengah mengajak orang songak mulai menegakkan ajaran syareat ,mulailah
Masyarakat songak sembahyang berjamaah dimasjid,ketika berjamaah
terkadang ada yang memanggil dari luar sehingga serig kali mengganggu
kehusukan solat berjamaah, atas dasar itulah masjid ini di tembok dengan
cetakan bata mentah yang berukuran besar terkadang ada yang berukuran
60cmx80 cm, tembok itu mengelilingi majid dengan membiarkan tiangnya di
dalam sedangkan temboknya dari luar pengerjaan tembok kali ini di
motori olh Jero Kertasih (Kepala desa Songak),Papuq Candra (Penghulu desa) ,Papuq Delah (Sesepuh Masyarakat) bersama Tuan guru dari Lopan.
Sejak saat itu tidak ada lagi berita yang dapat kita amabil mengenai
keberadaan Masjid pusaka sang Sanga pati ini mungkin karena terhambat
oleh rasa tidak aman hidup dicekam berbagai macam peristwa bersamaan
dengan hadirnya penjajahan jepang yang terkenal dengan nipponnya
ditambah lagi dengan gegap gempitanya gerakan kemerdekaan R I, sehingga
apa saja yang pernah dilaksanakan hingga tahun enam puluhan tidak lagi
ada yang terdengar,Pengurusan Masjid ini seakan diserahkan sepenuhnya
kepada penghulu desa yaitu Papuq Candra Yang kemudian lebih di kenal dengan sebutan Papuq Pengulu.Wafat sekitar tahun 1980 dalam usia n160 tahun.
Pada tahun 1962 keadan Negara sudah dikatakan aman, Masyrakat
sebagian sudah mulai tidak mau peduli terhadap Masjid Pusaka ini,Mereka
ingin mencoba untuk menghilangkan jejak sejarah ,timbullah berbagai
macam alasan,dari keadaan seperti ini nampaklah perpecahan Masyarakat
Songak menjadi Dua golongan yaitu golongan yang cinta kepada masjid
Pusaka dan golongan yang menentang keberadaan nya,Katakan saja
pertentangan antara Hajji athar Muhtar dan Papuq Pengulu.Dari
pertentengen inilah sehingga H.athar membangun masjid yang kemudian di
namakan Masjid al-mujahidin, dengan bergelarkan keluarga pejabat desa
dan keluarga kaya merekapun berhasil mengumpulkan Masyarakat dan membuat
mereka menjadi pendukung mereka sehingga dari perjuangan ini mereka
berhasil mengajak semua masyarakat untuk ikut berpartisipasi.dalam upaya
membangun saingan masjid tua tercinta. Tak ayal lagi masyarakat retak
kedalam, walau berhasil di sambung namun sambungan itu tetap berbekas
sampai ahir Dunia ini.Berdirilah Masjid almujahidin dengan megahnya,
Masjd pusaka semakin sia-sia , bagaikan hidupn segan matipun tak mau
hingga pada ahir tahun 1977,barulah pada tahun selanjut Masjid Bengan
merndapat perhatian dari Hajji masrah Kepala desa Keselet saat itu. Sudah
pasti banyak peristiwa masjid ini yang terlewati oleh keterbatasan
pengalaman sebagai pencinta benda tua ini, mulai tahun 1975 penulis
mulai aktip mengambil bagian dalam memperbaiki merawat dan memelihara
bangunan tua ini ,mulailah di tambah bangunan disbelah timur bagian
pintu timur setelah sebelumnya dari sebelah selatan sudah terlebih
dahulu dibuat sebuah bangunan memanjang menutupi semua permukaan
bangunan kuno ,bagian bawahnya ditimbun dengan tanah sampai setengah
pondasinya tertutup tanah,sebagai serambi teras dan juga ditambah dengan
bangunan gudang yang membentang dari selatan keutara hingga memenuhi
semua bangunan dari sebelah timur,jika kita lihat dari arah timur, yang
namapak hanya tumpangnya saja ,sedang bangunan aslinya tidak pernah
diapa-apakan hanya saja tiang kayu yang mengelilingi bagian pinggir
sudah diganti dengan tiang dari filar ditambah lagi dengan pagar dari
triplex sebagai penutup antara bangunan lama dan bangunan tambahan. Hal
ini berlangsuing sampai ahir tahun 1979 sampai tahun 1986 kembali
dibuat bangunan sebelah utara bangunan hingga mmenuhi sem ua halaman
utara,danbangunan induk disamakan tinggi serambinya dengan bangunan
tambahan sehingga mnampak luas dan lapang kareena sudah tidak adalagi
dinding pemisah antara bangunan induk dan bangunan tambahan.Hilang lah
semua bentuk bangunan kuno yang terdapat pada bangunan masjid pusaka
tidak ubahnya bagaikan himpunan bangunan gudang yang sangaja di satukan
sebagai tempat yang dibutuhkan namun kemampuan berbuat belum ada,tetapi
bagaimanapun bentuknya dan hanya itu adanya maka jamaah senan tiasa
menggunakan nya paling tidak sebagai tempat belajar ngaji bagi
anak-anak,disamping dipergunakan sebagai tempat ibadah setiap waktu
bahkan diprgunakan untuk hari besar islam secara bergilir demikian juga
setiap jumatnya sejak di sepakati sekitar atahun 1972 sampai
sekarang.Adapun kegiatan yang berupa ritual adat seperti mulut
bejariq, bubur putiq bubur beaq hilang entah kemana sampai awal tahun
1999 M. Tibalah saatnya tahun kebangkitan Masjid Pusaka
yang sejak lama terkenal dengan sebutan Masjid Al-Falah yaitu pada
permulaan tahun 1999 atas kehendak yang maha kuasa masjid ini di
kembalikan seperti bangunan semula ,Dengan susah payah semua
Masyarakat mengangkat kembali tanah yang pada ahir tahun 1987 mereka
ambil dari jauh, hal itu bukanlah masalah bagi masyarakat dengan penuh
semangat mereka bergotong royong untuk menggali timbunan tanah yang
mengelilingi pondasi bangunan tua tersebut, barulah masjid tua ini
kembali kelihatan kokoh berdiri seprti yang kita saksikan sekarang
ini.dari hasil galian kelihatan pondasi yang sudah sekian lama tertutup
itu agak rapuh masyarakatpun melanjutkan penggalian pondasi semula akan
diganti dengan batu ,penggalian pondasi semula mulai berlangsung .
masyarakat bagaikan kaget menyaksikan deretan bata kepal dari tanah
liat yang sudah tertimbun sekian lama namun tidak beubah sedikitpun dan
ahirnya masyarakat m menaikkan bata kepal ketengah serambi
masjid,tepatnya disusun diantara empat tiang masjid tersebut,Pemasangan
pondasi batu berlangsung sampai kepada penembokan setelah selesai
ditembok,keesokan harinya disepakati untuk di pasang disekeliling tembok
seperti terlihat saat ini , tehnis ini diharapkan abadi tidak ada
lagi perubahan tembok bangunan asal Masjid ini.
Biarlah keadaan yang menetukan jika ada yang berkehendak untuk
merubah dengan alasan apapun,lewat tulisan in penulis berpesan
,jangan,…. sekali lagi jangan,temboknya di ganggu gugat,jika ingin
membangun carilah cara lain agar tembok ini tidak di ganggu.lebih baik
menambah luas kebawah dari pada menutupi kembali induk bangunan lama
yang berukuran 9x9m tersebut,mengapa harus begitu,adapun alasannya
adalah ;
- yang menentukan ukuran besarnya masjid adalah bukan orang biasa
- Ukuran 9x9M pas dengan tahun berdinya tahun 1309
- Ukuran tersebut sesuai dengan tahun tempat dan nama pendirinya.
- Ukuran ini ada maksud yang belum bisa dipecahkan
- Masjid ini sudah termasuk milik negara dan oleh sebab itu jika ingin diri harus ada izin dari pihak pemerintah.
Selanjutnya baru pada tahun 2005 halaman Masjid ini dapat diperluas
atas upaya dari Kepala desa Saifullah Aman sekaligus membuka tabir
pendinding Masjid pusaka ini dari ketertutupan di tengah masyarakat
lombok timur,bersamaan dengan diadakan nya peresmian keberadaan Makam
sebengak yang diberi nama Makam keramat songak oleh Bupati Lombok timur
pada Saat itu di pegang oleh Hajji Ali Bin Dahlan .Yang terkenal dengan sebutan Ali Bd.,
ahinya perluasan halaman di sebelah selatan Masjid di laksanakan pada
ahir tahun 2007, dan di lanjutkan di bagian utara pada pertengahan
tahun 2009.
Demikian sekilas tentang perkembangan Masjid Pusaka yang kemudian terkenal dengan sebutan Masjid Al-Falah
ini dari tahun ketahun,kiranya belum rampung jika cita-cita Sang
penghayal dari kemajuan Masjid ini. jika belum semua rumah yang ada
disebelah selatan bangunan tua ini belum bisa habis menjadi halaman
Masjid Pusaka, dengan demikian barulah orang akan tahu betul keberadaan
Pusaka Ki.Sanga Pati yang ada di Desa Songak
Semoga apa yang jadi harapan sang penghayal ini bisa terlaksana
dengan hikmah warohmah ,agar tidak ada diantara kita yang merasa
tepaksa dan di rugikan oleh siapapun,sebab menurut piling Sang penghayal
,jika sudah sampai tahun 2015 selambat-lambatnya tahun 2019 pemilik
rumah tidak mau dibebaskan dengan baik maka mereka akan rugi besar,
secara keduniaan hak mereka akan dirampas oleh keadaan, entah bagaimana
nasib mereka lebih-lebih lagi kelak di akhirat wallohu a’lam.
Sumber :http://mastursonsaka.wordpress.com/2011/04/20/sejarah-masjid-kuno-songak-lombok-timur-ntb/
Sumber :http://mastursonsaka.wordpress.com/2011/04/20/sejarah-masjid-kuno-songak-lombok-timur-ntb/

Responses
0 Respones to "SEJARAH MASJID KUNO SONGAK LOMBOK TIMUR NTB"
Posting Komentar