Informasi Seputar Desa Songak Dan Sekitarnya . . .

Assalamualaikum, Kami Dengan Perasaan Yang Tulus Dan Ikhlas Membuat Blog Ini Agar Teman –Teman Kami Yang Dari Songak Maupun Teman Yang Dari Luar Songak Dapat Lebih Mengenal Asal Usul Kami, Bukan Untuk Mencari Perhatian Namun Agar Kita Bisa Saling Mengenal Lebih Dekat Dan Semoga Apa Yang Kami Usahakan Ini Ada Manfaatnya Khsususnya Untuk Kami Dan Untuk Kita Semua Yang Berpartisipasi Di Tempat Ini . . .

GAJAH MADA seorang muslim...???




Situs Trowulan adalah satu-satunya situs kota Hindu-Budha klasik usia di Indonesia yang masih dapat ditemukan. Situs ini meliputi area seluas 11 km x 9 km, yang meliputi Kecamatan Trowulan dan Sooko di Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Mojoagung dan Mojowarno di bawah Kabupaten Jombang. Situs dari mantan ibukota Kerajaan Majapahit ini dibangun di atas medan datar di kaki tiga gunung, yaitu Penanggungan, Welirang, dan Anjasmara Mountain. Secara geografis, wilayah Trowulan cocok untuk pemukiman manusia karena didukung oleh pesawat topografi dengan air tanah yang relatif dangkal. Ratusan ribu sisa-sisa arkeologi kota tua di Situs Trowulan ditemukan terkubur di bawah tanah serta pada permukaan dalam bentuk: artefak, disinilah jejak terbesar kerajaan besar nusantara Majapahit berada.

Situs menarik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit ditemukan melalui penelitian yang luas dan panjang.Penelitian pertama di Situs Trowulan dilakukan oleh Wardenaar pada tahun 1815. Ditugaskan oleh Sir Raffles, Wardenaar membuat catatan peninggalan arkeologi di wilayah Mojokerto dan karyanya dikutip dalam buku Raffles "History of Java" (1817) yang terkena berbagai benda purbakala yang ditemukan di Trowulan dari Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1849, sebuah tim arkeolog, WR van Hovell, JVG Brumund, dan Jonathan Rigg menerbitkan penelitian mereka dalam "Jurnal Kepulauan India dan Asia Timur". Buku lain pada temuan Trowulan berjudul "Toelichting atas den Ouden Pilaar van Majapahit" ditulis oleh J. Hageman tahun 1858. Kemudian, R.D.M. Verbeek membuat situs kunjungan ke Trowulan dan mengeluarkan laporan dalam sebuah artikel berjudul "Oudheden van Majapahit tahun 1815 en 1887", diterbitkan dalam TBG XXXIII tahun 1889. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh R.A.A. Kromodjojo Adinegoro Bupati (Kepala) Kabupaten Mojokerto (1849-1916) yang memiliki perhatian besar pada Warisan Arkeologi di Trowulan. Dia digali sistem air tua yang bernama "Tikus" Temple atau Kuil Mouse dan Adinegoro juga memprakarsai pembentukan Museum Mojokerto yang menyimpan artefak arkeologi dari Kerajaan Majapahit. Sementara itu, J. Knebel, anggota Comissie voor Oudheidkundig Orderzoek op Java en Madura pada tahun 1907 mendokumentasikan warisan arkeologi Trowulan. Sarjana lain, NJ Krom, terakhir warisan dari Kerajaan Majapahit di Trowulan dalam bukunya Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst (1923).


Penelitian lebih intensif dilakukan pada pembentukan Oudheidkundige Vereeneging Majapahit (OVM) pada tahun 1924 yang diprakarsai oleh RAA Kromodjojo Adinegoro bekerja sama dengan seorang Belanda dengan nama Ir. Henry Maclaine Pont dengan kantor di Trowulan. Kantor ini ditetapkan sebagai museum rumah dan pameran benda-benda peninggalan dari era Majapahit. Antara 1921-1924, Maclaine Pont memimpin penggalian di Trowulan untuk memverifikasi data dari naskah Nagarakartagama dan memberikan sketsa rekonstruksi awal kota Majapahit di Trowulan.
Stutterheim yang melakukan penelitian pada struktur ibukota Kerajaan Majapahit juga menggunakan naskah Nagarakartagama pupuh VIII - XII sebagai acuan utama dan menyimpulkan bahwa perencanaan kota Istana Majapahit analog dengan bahwa dari Yogyakarta dan Keraton Surakarta.Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa konstruksi di kompleks istana menyerupai desain dari senyawa Bali istana (Stutterheim, 1948).Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Pusat Nasional untuk Arkeologi Penelitian (Puslit Arkenas) pada tahun 1970 hingga 1993. Pusat Penelitian terus mencari lebih banyak bukti dari kota tua melalui penggalian arkeologi dengan menggunakan petunjuk (nama tempat) ditemukan dalam naskah Nagarakartagama sebagai referensi atau berdasarkan temuan baru yang ditemukan oleh masyarakat setempat. Penelitian pada saat itu menerapkan strategi sporadis dan ditemukan bahwa Situs Trowulan merupakan akumulasi dari berbagai artefak tidak hanya menunjukkan bukti pemukiman manusia, tetapi juga situs lain yang digunakan untuk kegiatan upacara, ritual, suaka, kegiatan industri, rumah potong hewan, penguburan , sawah, pasar, saluran air dan waduk. Situs-situs membagi kota menjadi daerah yang lebih kecil yang dihubungkan oleh sistem jalan. Namun, hasil dari penelitian ini belum mampu memberikan potret lengkap dari seluruh kota Majapahit seperti yang digambarkan oleh Prapanca dalam menulis sastra di Nagarakartagama.
Sebuah pemahaman yang lebih komprehensif dari Situs Trowulan diakuisisi melalui foto udara dari situs yang diambil oleh Tim Geografi Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa Situs Trowulan adalah sebuah kota yang memiliki sistem kanal. Sejak 1926, berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa Situs Trowulan memiliki 18 bendungan besar dan kecil yang terhubung ke sistem irigasi dengan saluran lebar dan sempit. Dari tampilan udara dari kota tua Majapahit, dapat diamati bahwa kanal air kuno simetris dibangun dan tampaknya telah membentuk kota.Tahun demi tahun, kegiatan penelitian dan pelestarian lebih dilakukan di Situs Trowulan tidak hanya oleh Pusat Pelestarian Warisan Budaya Jawa Timur, yang bertanggung jawab untuk melestarikan situs, tetapi juga oleh lembaga lain dan akademisi yang memiliki perhatian terhadap warisan Kerajaan Majapahit mulia di Situs Trowulan. Seperti waktu berjalan, banyak situs bangunan dan sisa-sisa pemukiman manusia telah digali, dipulihkan, dipelihara dan dimanfaatkan seperti Candi Tikus (Candi Tikus), Gateway of Bajangratu, Baru Temple, Gentong Temple, Gateway Wringinlawang, Kedaton Temple, dan Penyelesaian Sentonorejo.

Ribuan artefak dari Situs Trowulan telah ditemukan dan dilestarikan. Sebagian besar dari artefak ini ditemukan oleh para ahli dan yang ditemukan oleh masyarakat setempat diselenggarakan di Pusat Informasi Majapahit atau dikenal sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM). Artefak Majapahit diklasifikasikan berdasarkan substansi materi artefak:a. Terracotta Artefak (terbuat dari gerabah tanah liat) terdiri dari: 1) Patung / Patung atau patung manusia (menampilkan ras yang berbeda seperti Cina, India, Arab), 2) Peralatan Rumah Tangga seperti botol air, bak air, piggy-bank; 3) alat produksi, antara lain: cetakan patung, kowi (cetakan logam yang baik, terbuat dari tanah liat), dan 4) Elemen bangunan dan perumahan seperti miniatur rumah, pilar sebagai maquette, genteng, puncak, pipa air, dan jaladwara ( saluran air candi).
b. Artefak keramik (terbuat dari keramik) seperti piring, mangkuk, vas, sendok baik buatan lokal atau dari asal asing.c. Logam artefak (terbuat dari logam) antara lain: koin baik buatan lokal dan dari asal-usul asing, alat yang digunakan untuk upacara-upacara seperti lonceng, cermin, zodiak baker, membakar dupa.d. Artefak batu (terbuat dari andesit atau tuff) seperti keringanan, patung-patung dan tablet batu.Menganalisis berbagai artefak, banyak peneliti kemudian mempelajari lebih lanjut peradaban era Majapahit, yang berhubungan dengan berbagai aspek seperti sistem ekonomi, agama, sastra, teknologi, seni, hukum, pertanian dan lingkungan. Hasil dari studi dan penelitian mendalam ini telah memperkaya kekayaan pengetahuan tentang temuan Kerajaan Majapahit dan telah memungkinkan para ahli untuk merekonstruksi peradaban waktu itu.

Berdasarkan temuan warisan tersebar baik dalam bentuk sisa-sisa bangunan kuno dan permukiman manusia serta artefak individu, Nurhadi Rangkuti kemudian mengusulkan hipotesis bahwa daerah ibukota Majapahit di Trowulan seluas 9 x 11 persegi km. Hipotesis ini berlaku analogi pola kota di era Mataram Islam yang menunjuk masjid sebagai tengara untuk perbatasan kerajaan. Dengan asumsi bahwa budaya adalah proses difusi lanjutan, kota Kerajaan Majapahit harus telah didasarkan pada sebuah kota perencanaan konsep yang mungkin mirip dengan Kerajaan Mataram.


Hasil dari penelitian ini luas di The Trowulan Site jelas menunjukkan bahwa Situs Trowulan adalah lokasi sisa-sisa ibu kota Kerajaan Majapahit selama lebih dari 200 tahun antara 13 - abad ke-15, dan situs ini dihargai sebagai bagian penting dari perjalanan sejarah dan budaya Indonesia peradaban.


Pembenaran Nilai Universal Istimewa

 (I) Merupakan sebuah karya jenius kreatif manusiaArtefak beragam yang mendukung Situs Trowulan sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit dapat diamati hingga saat ini. Sisa-sisa arkeologi dan ribuan artefak yang ditemukan di The Trowulan Situs indikasi kuat bahwa Trowulan adalah sebuah kota modern pada saat itu.Dari bukti-bukti arkeologi yang ditemukan di situs tersebut, dapat disimpulkan bahwa ibu kota Kerajaan Majapahit di Situs Trowulan dibangun melalui proses musyawarah dan dilakukan dengan perencanaan yang menyeluruh dengan arsitektur rinci dan modern yang mempromosikan kearifan lokal dalam merawat lingkungan. Ini memberikan bukti akumulasi pengetahuan dan ide-ide dari peradaban canggih nenek moyang Indonesia pada abad 12 dan 14.

Beberapa ahli mempelajari Situs Trowulan untuk menafsirkan berbagai kemungkinan alasan untuk memilih daerah ini sebagai ibu kota bagi Kerajaan Majapahit di masa lalu. Berikut ini adalah beberapa pertimbangan:


a. Wilayah ini merupakan daerah yang sangat subur karena ada sedimen kuartal vulkanik yang mengandung pasir atau kerikil pyroc clastica. Bahan-bahan ini berasal dari gunung berapi di bagian selatan dari daerah yang dikenal sebagai Kompleks Arjuna terdiri dari pegunungan vulkanik Anjasmoro, Welirang, dan Penanggunangan. Gunung Anjasmoro adalah gunung berapi tertua di daerah itu telah bergeser. Menjadi tidak stabil, batuan gunung bisa bergerak. Batuan ini bergerak menjadi aliran lumpur vulkanik ketika hujan melanda daerah tersebut dan berkembang menjadi berbentuk kipas fluvio sedimen vulkanik. Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa daerah Trowulan berada di ujung kipas vulkanik fluvio. Selanjutnya, didukung oleh aliran sungai dari Sungai Ginting dan Sungai Brangkal dan memiliki topografi datar yang kaya dengan fluvio sedimen vulkanik, daerah ini menyediakan sumber daya yang stabil dan subur untuk mempertahankan kehidupan rakyat.


b. Setelah dekat dengan gudang air Sungai Brantas dan sungai kecil lainnya, wilayah Trowulan memiliki akses mudah dengan daerah lain.


c. Kanal-kanal yang dibangun secara sistematis yang membelah kota Majapahit adalah hasil dari musyawarah bijaksana dan peradaban maju menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa iklim di bahwa usia di daerah Trowulan dan sekitarnya belum berubah secara signifikan dibandingkan dengan iklim hujan tropis saat ini yang dikategorikan sebagai tipe AW. Menurut Koppen, di bawah jenis iklim, curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan hujan tidak dapat mengimbangi curah hujan rendah di musim kemarau. (Sutikno, 1993). Pada kondisi ini, wilayah Trowulan dan sekitarnya mungkin mengalami 4 sampai 6 bulan kekeringan dalam setahun.Meskipun memiliki dua sungai - Gunting Sungai dan Brangkal Sungai, di musim kemarau volume kedua sungai dapat menyusut dan sebaliknya terjadi pada musim penghujan. Banjir dapat terjadi dan mengembangkan fluvio vulkanik fan (Sutikno, 1993). Oleh karena itu, angsuran sistem kanal tentu dibenarkan.


Dengan 20 sampai 40 kanal melintasi wilayah Majapahit meter-lebar, kota ini dirancang di bawah pola terorganisir dengan bangunan terletak di bagian-bagian tertentu dari kota.Memiliki sebuah kota yang terencana, Majapahit jelas merupakan pusat bagi pemerintah. Jaringan kanal di Situs Trowulan silang-menyilang kota hampir tegak lurus. Rupanya kota Majapahit dikembangkan berdasarkan pola papan catur yang dibentuk oleh kanal yang relatif lurus dan tegak lurus membentang dari utara ke selatan dan dari barat ke timur. Jalannya kanal itu belum tentu sejajar dengan sumbu magnetik utara-selatan bumi. Kanal-kanal yang sedikit bergeser -100 ke kanan, searah jarum jam di kuadran Cartesian. Tampak bahwa kanal yang disesuaikan dengan kondisi geografis. Dilihat dari jarak grid kanal di peta, di bagian barat, kanal utara-selatan yang terletak relatif dekat satu sama lain dibandingkan dengan mereka yang dibangun di bagian timur. Hal ini menunjukkan bahwa di zona di mana kanal yang relatif dekat, daerah ini termanfaatkan untuk penyelesaian, pusat kota dan istana raja. Sementara itu, kanal-kanal timur-barat yang dibangun lurus dan berpotongan bagian tengah sistem kanal memberikan bukti bahwa ada link untuk kegiatan sosial budaya yang menghubungkan bagian timur, barat, utara dan bagian selatan ke bagian tengah kota. Kanal-kanal juga terkait dengan jaringan jalan yang dibangun sejajar dengan kanal baik pada satu atau kedua sisi kanal.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem saluran dan bangunan air yang dibangun di era Majapahit menjabat sebagai sarana irigasi untuk pertanian dan digunakan untuk menyalurkan air ke dalam waduk. Trowulan memiliki lima waduk yakni Dam Baureno, Kumitir Dam, Domas Dam, Temon Dam, Kraton Dam dan Kedung Wulan Dam. Selain bendungan tersebut, Trowulan memiliki tiga kolam buatan manusia diposisikan erat, yaitu Bunder Balong, Balong Dowo, dan kolam Segaran.Bendungan-bendungan berfungsi sebagai reservoir air, untuk mengendalikan banjir, dan mengelola kelembaban daerah.


d. Sebagai sebuah kota, Situs Trowulan memegang berbagai warisan budaya dari berbagai aspek kehidupan-baik sakral dan profan-yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Arsitektur dan patung relief pada struktur warisan di Trowulan Site menampilkan keahlian dari para arsitek dan pengrajin dalam mengintegrasikan budaya eksotis dengan budaya lokal.


(V) Jadilah contoh yang luar biasa dari jenis bangunan, ansambel arsitektur atau teknologi atau lanskap yang menggambarkan tahapan penting dalam pemukiman manusia tradisional, penggunaan lahan, atau budaya laut yang menunjukkan interaksi budaya (atau budaya), atau interaksi manusia dengan alam, terutama ketika telah menjadi rentan di bawah dampak perubahan ireversibel;


Di masa lalu, sejarawan dan ahli kajian budaya hanya meneliti struktur kuno era Hindu-Buddha di Indonesia. Arkeolog dan arsitek cenderung berfokus pada bangunan sakral umumnya dikenal sebagai candi. Sementara itu, hanya sedikit perhatian telah diberikan untuk mempelajari struktur non-kuil seperti pemukiman manusia, karena tidak ada struktur lengkap pemukiman manusia yang pernah ditemukan. Sebagai soal fakta, dari beberapa penelitian, hal itu menunjukkan bahwa tidak jauh dari kuil-kuil, ada jejak pemukiman manusia di sekitar kompleks struktur candi yang telah diidentifikasi.Mundardjito et al telah menemukan sisa-sisa pemukiman ke arah selatan dari Bawongan Temple pada tahun 1976, dan menemukan sebuah situs pemukiman di sekitar kompleks Candi Borobudur, yang terletak di lapangan atas dan sebuah pemukiman di selatan dan barat daya candi dataran rendah Borobudur Candi di tahun 1970-s. Mencermati temuan ini, Boechari dalam artikelnya yang berjudul "Temples dan Lingkungan", mengusulkan hipotesis bahwa candi sebagai tempat ibadah tidak berdiri sendiri. Seiring dengan candi ini yang berfungsi sebagai pusat ritual, ada permukiman bagi masyarakat setempat, para imam dan pengurus kuil-kuil (Boechari, 1977).

Selain permukiman kuno dalam kedekatan candi, Indonesia memiliki sebuah situs arkeologi yang jelas menampilkan sisa-sisa pemukiman manusia dalam skala kota-Trowulan Situs di Mojokerto, Jawa Timur.Memiliki cakupan luas tersebut, Trowulan situs rumah kekayaan warisan dalam bentuk candi, gateway, struktur air, waduk, sistem kanal, elemen konstruksi, ribuan terakota dan alat keramik yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Di antara temuan ini, ada banyak situs sisa-sisa pemukiman manusia yang juga mengungkapkan. Menurut Soekmono, dari banyak kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang ada sebelum Kerajaan Islam (sebelum 1500 M), hanya Kerajaan Majapahit (14 sampai abad ke-16 AD) telah memberikan peninggalan pemukiman manusia di Situs Trowulan. Menghasilkan warisan yang kaya seperti itu, situs Trowulan dianggap oleh banyak ahli sebagai sangat penting dan langka. Satements keaslian dan / atau integritas 
 Trowulan Situs memiliki banyak nilai yang signifikan sebagai berikut:1. Trowulan Site memiliki nilai ilmiah yang sangat diperlukan sebagai sumber analogi untuk mempelajari masa lalu.Kota Majapahit adalah salah satu contoh pemukiman kota klasik di Indonesia yang berfungsi sebagai patokan untuk mempelajari kota-kota kuno lainnya di Asia Tenggara dan kota-kota lebih kuno di Indonesia (Mataram Kuno) dalam hal perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan dan lainnya aspek.2.Trowulan Situs memiliki nilai relatif dan teknis.Unsur-unsur utama dari penyelesaian kota Majapahit seperti kolam Segaran, kanal-kanal merupakan bukti bahwa tehre adalah pemahaman yang signifikan teknologi hidrolik dan nilai seni yang tinggi dalam hal konsep, teknik dan metode yang sudah diakuisisi oleh nenek moyang bangsa Indonesia di masa lalu .3. Trowulan Site memiliki identitas yang kuat serta nilai-nilai sosialPenyelesaian di kota Majapahit berkaitan erat dengan sebuah kontinum permukiman tradisional dari budaya Bali dalam usia lanjut, di mana kedua pemukiman menunjukkan cara agraria adat kehidupan masyarakat Indonesia.4. Trowulan Situs memiliki nilai pendidikan.Penyelesaian kota Majapahit memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai media pendidikan bagi generasi sekarang dan masa depan. Ini mungkin berfungsi sebagai sarana untuk meneruskan nilai-nilai kearifan lokal yang mencerminkan tradisi untuk memahami dan menyeimbangkan budaya dengan konservasi alam.

Gajah mada seorang muslim
Mengagumkan, ternyata wilayah Majapahit lebih luas dari yang diperkirakan selama ini oleh sejarawan. Riset terbaru tentang penempatan prajurit Majapahit  di luar Jawa menemui fakta yang menakjubkan. Uniknya, pleton pleton kawal Majapahit beranggotakan prajurit beragama Islam. Peninggalannya pun masih bisa dibuktikan hingga sekarang.

Adanya penempatan prajurit Majapahit di Kerajaan Vasal (bawahan) yang terdiri dari 40 prajurit  elite beragama Islam di Kerajaan Gelgel-Bali, Wanin Papua, Kayu Jawa Australia Barat, dan Marege-Tanah Amhem (Darwin) Australia Utara pada abad ke 14 memperkuat bukti bahwa Gajah Mada adalah seorang Muslim.

Prajurit Islam ini berasal dari basis Gajah Mada dalam merekrut prajurit elite yang terdiri dari 3 (tiga) kriteria:
Mada, Gondang ( Tenggulun Lamongan ) dan Badander (Jombang) yang diketahui sebagai basis teman  teman lama beliau.  Dari desa desa ini pemudanya direkrut menjadi Bhayangkara angkatan II dan seterusnya.
Tuban, Leran, Ampel, Sedayu sebagai basis Garda Pantura. Pahang Malaya, Bugis Makasar, dan Pasai sebagai basis tentara Laut  Luar Jawa.

Pada masa itu di Jawa Islam telah berbaur sejak abad ke 10 yang dibuktikan dengan penemuan Prasasti nisan Fatimah  binti Maimun (wafat 1082 M) di Leran, Gresik yang bertuliskan huruf Arab Kufi. Dan Prasasti Gondang - Lamongan yang  ditulis dengan huruf Arab (Jawi) dan huruf Jawa Kuno (Kawi).
Keduanya merupakan peninggalan zaman Airlangga. Sedangkan orang Islam sudah masuk ke Jawa sejak zaman Kerajaan Medang abad ke 7. Islam baru berkembang dengan pesat di Jawa pada abad ke 15, atas peran tak langsung dari politik Gajah Mada, putra desa Mada Lamongan, politikus abad ke 14.

Satuan tentara elite Majapahit sudah dibangun sejak masa Jayanegara (1319), yaitu pasukan kawal raja Bhayangkara, yang dipimpin oleh bekel Gajah Mada. Pada masa selanjutnya satuan elite terus berkembang, terutama pada masa Gajah Mada menjabat sebagai  mahapatih amangkubhumi dari tahun 1334 sampai 1359, sejak masa Tribhuwana Tunggadewi hingga masa Hayam Wuruk. Menurut “Hikayat Raja-raja Pasai”, ketika Majapahit menyerang Pasai, dan dipukul mundur (1345), lalu menyerang kembali dan meluluh lantakan istana Sultan Ahmad Malik Az Zahir (1350), Gajah Mada yang juga seorang muslim, membawa tawanan orang Pasai  yang terdiri dari para ahli, insinyur lulusan Baghdad, Damaskus dan Andalusia. Sedangkan Sultan Pasai melarikan diri dari istana. Setibanya di Majapahit, Gajah Mada membebaskan tawanan tersebut setelah bernegosiasi dengan Prabu Hayam Wuruk.

Kemudian orang Pasai ini bekerjasama dengan Gajah Mada untuk membangun kejayaan Majapahit. Sebagai balas jasa, Majapahit memberi  otonomi kepada Kerajaan Pasai Darussalam, dan menempatkan orang Pasai di komplek elite di ibukota Majapahit Trowulan. Hal ini dibuktikan, pada 1377 Majapahit menghancurkan Kerajaan Budha Sriwijaya dan menguasai seluruh Pulau Sumatera, kecuali Pasai.

“Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu” (Kutipan dari “Hikayat Raja-raja Pasai”).

Dengan adanya orang Pasai yang ahli dalam bidang tempa logam, baik itu baja maupun emas, maka didirikanlah bengkel senjata dan  alat pertanian yang sempurna (standar baja Damaskus) , saluran irigasi model Andalusia di Trowulan dan pabrik koin dinar emas Majapahit. Seiring dengan perluasan wilayah Majapahit untuk mewujudkan “Sumpah Palapa”, Gajah Mada membentuk pleton-pleton khusus yang didominasi oleh prajurit Islam.

Prajurit Islam Majapahit di Bali
Penempatan 40 orang prajurit Islam Majapahit di Kerajaan Gelgel – Klungkung, Bali dimulai ketika Raja Gelgel I, Dalem Ketut Ngulesir (1320 – 1400) berkunjung sowan abdi ke Trowulan, tak lama setelah deklarasi pendirian Kerajaan Gelgel tahun 1383. Beliau didampingi oleh Patih Agung, Arya Patandakan dan Kyai Klapodyana (Gusti Kubon Tubuh) yang menghadap Prabu Hayam Wuruk saat upacara Cradha dan rapat tahunan negeri-negeri vasal imperium Majapahit. Ketut Ngulesir memohon dukungan dari Maharaja Majapahit, yang dikabulkan dengan pemberian 1 (satu) unit pleton khusus binaan Almarhum Gajah Mada. (“Kitab Babad Dalem”, manuskrip tentang Raja-raja Bali).

Prajurit Islam ini menikah dengan wanita Bali, dan beranak-pinak disana. Mereka sangat setia membentengi Puri Gelgel – Klungkung. Bahkan meskipun pada akhirnya imperium Majapahit runtuh (1527), tapi Prajurit Islam tetap menjadi tentara elite Kerajaan Gelgel, dari generasi ke generasi. Begitu pula di Kerajaan Buleleng, prajurit Islam membentengi Puri Buleleng dari serangan Raja Mengwi dan Raja Badung dari Kerajaan di Bali Selatan.

Saat ini kita masih dapat saksikan di Bali, keturunan prajurit Islam Majapahit yang telah mencapai ribuan orang Islam asli Bali (mereka menggunakan nama Bali, untuk membedakan dengan muslim pendatang) tepatnya di desa Gelgel, Klungkung dan di desa Pegayaman, Buleleng – 70 km arah utara Denpasar. Mereka adalah penduduk mayoritas di desa-desa kuno tersebut.

Sebelum Gajah Mada (wafat 1364) telah membangun sistem perekrutan satuan tentara elite yang beranggotakan prajurit Islam, dibekali dengan senjata pamungkas, dan berperang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Kedua, Prabu Hayam Wuruk diduga telah mengetahui bahwa Gajah Mada bukan Sudra, melainkan seorang Muslim. Kemungkinan info yang rahasia ini diperoleh dari Ibunda Ratu Tribhuwana
Tunggadewi.
Untuk menghormati almarhum Gajah Mada, beliau tidak mencerai-beraikan pleton pleton Muslim yang berjumlah 40 orang, karena dalam Madzhab Imam Syafi’i, syarat minimal untuk mendirikan sholat Jumat adalah 40 orang. Ketiga, kemampuan tempur 40 orang prajurit Islam dapat menghancurkan 200 sd 400 orang tentara reguler musuh. Karena mereka dibekali kemampuan militer  yang menguasai berbagai jenis senjata. Hal ini dibuktikan dalam perang mempertahankan Puri Buleleng dari serbuan pasukan gabungan dua Kerajaan Mengwi dan Badung, yang terletak di Bali Selatan.

Hayam Wuruk kagum atas kesetiaan dan ketetapan janji orang Islam. Mereka tidak terpengaruh  godaan harta, wanita dan tahta yang bukan haknya. Mereka tidak pernah mabuk, berjudi, maling dan berzina ( kebiasaan buruk di Majapahit adalah mabuk dan berjudi, serta wanita ). Ketika pleton prajurit Islam Majapahit ini mengawal pulang rombongan Raja Gelgel, Ketut Ngulesir, mereka dibekali oleh Hayam Wuruk berupa puluhan ribu koin cash Cina dan koin Gobog Wayang (koin kepeng tembaga) serta ratusan koin dinar emas Majapahit.Ini sebagai balasan atas penyerahan upeti dari Kerajaan Gelgel Klungkung berupa hasil bumi, hewan ternak dan tangkapan, perhiasan dan kerajinan tangan rakyat Gelgel. Hayam Wuruk berharap, stok koin-koin tersebut mampu merangsang tumbuhnya ekonomi di Gelgel. Sejak saat itu Pura Klungkung dan Pura Buleleng telah akrab dengan koin dinar emas dalam ritual ibadah mereka.

Prajurit Islam Majapahit di Wanin Papua

Saat Prof. JH Kern dan NJ Krom meneliti kitab Nagarakertagama yang ditemukan (dijarah) oleh JLA Brandes dari istana Cakranagara,  Lombok (1894). Prof. Kern dan Krom, 1920, mendapati fakta bahwa kekuasaan Majapahit di Papua Barat dibuktikan dengan adanya penempatan prajurit Islam di Wanin – Papua. Berdirinya Kerajaan Wanin di Fak-fak hingga Biak merupakan vasal Majapahit. Sampai sekarang, Raja-raja dan rakyat di Wanin dan Fakfak sangat kental nuansa Islamnya dan sangat fasih menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Saat Majapahit runtuh, pada abad ke 16, Kerajaan Wanin bergabung dengan Kerajaan Ternate Darussalam di Maluku Utara, yang dulunya juga merupakan bawahan Majapahit. Diperkirakan situs Majapahit di Papua tersebar luas di Fak-fak, Biak dan Raja Ampat. Keturunan mereka berbeda dengan ras Papua.

Prajurit Islam Majapahit di Marege – Australia

Menurut Prof. Regina Ganter, sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia – belum lama ini meriset suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu Makasar. Marege adalah desa kuno di tanah Arnhem, di daerah Darwin, Australia Utara. Regina mendapatkan fakta yang menakjubkan , bahwa komunitas Muslim kuno Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo, Makasar, sudah ada sejak abad ke 17 (1650 an), dan menyebarkan Islam di Australia Utara hingga ke desa Kayu Jawa di Australia Barat.

Orang Marege hingga hari ini menyebut rupiah untuk kata ganti uang, padahal mata uangnya adalah dollar.
Juga menyebut dinar untuk koin emas Australia. Dahulu sempat ditemukan koin Gobog Wayang di desa Marege Darwin. Padahal koin Gobog merupakan koin resmi Majapahit. Ini menunjukkan adanya jejak prajurit Majapahit abad ke 14 yang dikirim ke Marege, Dalam risetnya, Prof. Regina menuturkan bahwa sejak masa Sultan Hasanuddin (1653-1669) kapal-kapal Pinisi dari Makasar menguasai perairan teluk Carpentaria – Darwin, mereka mencari tripang. Di tanah Arnhem, Marege, orang Makassar berhubungan
dengan suku Aborigin, menikah dan beranak pinak membentuk komunitas Aborigin Muslim. Dalam kebudayaan Marege, nampak jelas mereka menggambar kapal Pinisi Makasar dalam karya seni kuno mereka. Uniknya, kapal bercadik Majapahit pun terpahat dalam seni ukir dan lukis mereka yang berusia ratusan tahun.

Ketika orang Inggris menjajah rayah desa Marege dan desa Kayu Jawa, mereka nyaris menghancurkan budaya Islam suku Aborigin Marege pada abad ke 20 seiring arus Westernisasi di negeri Kanguru. Karya seni Marage banyak yang diboyong ke Eropa. Orang Marege menyebut orang Inggris sebagai ‘Balanda’, sedangkan orang Kayu Jawa menyebutnya ‘Walanda’, dan perang melawan orang Inggris disebut ‘Jihad Kaphe’.

Sesungguhnya kita adalah Bangsa yang besar dan jaya, pernah membangun perdaban Superpower – Nusantara. Mari bersatu, hilangkan egoisme SARA dan sinisme, marilah kita bangkit dan membangun kembali Nusantara dan Menjaga kebesaran NKRI ( negara kesatuan Republik Indonesia ). Jangan pernah rela negara ini dipecah pecah oleh bangsa penjajah modern.

Banyak fakta dan kebenaran yang dikaburkan oleh bangsa asing tentang kejayaan Indonesia dengan kerajaan kerajaan besarnya seperti kerjaaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Banyak bukti dan bekas peninggalan sejarah bumi ini yang telah dijarah bangsa dan warga negara bangsa lain. Jika kita sulit menentukan bekas sebuah kerjaan besar nusantara bisa jadi barang peninggalannya telah diambil semua oelh bangsa penjajah, seandainya masih ada paling sisa candi dan pualan besar seperti borobudur.

Sejarah harus diangkat dan dijernihkan agar akta pendirian negara ini sejak zaman kerajaan tidak musnah, tidak mudah diklaim dan diakui bangsa lain, sudah terpikirkan oleh pendahulu orang orang hebat nusantara meninggalkan prasasti sejarah, tapi kini peninggalan itu telah disimpan oleh penduduk dan negara lain. lihat saja banyak situs penjual barang peninggalan purbakala orang asing yang mengoleksi prasasti kuno negeri ini, prasasti kuno yang menandakan adanya jejak kerajaan besar nusantara.

Sudah seharusnya negara ini menyita semua barang peninggalan negeri ini yang dimiliki bangsa lain, karena prasasti adalah bukti otentik sebuah catatan sejarah dunia tiap negara. Jangan cuma ribut soal politik dalam negeri, negara ini sudah diambang kehancuran jika tidak hati hati. Selamatkan harta negeri ini yang dikuasai negara asing
[Read More...]


SIAPA KAMI SEBENARNYA ? GENERASI SASAK HARUS TAHU !!



SIAPA KAMI SEBENARNYA ?

TRAILER perempuan sasaq terakhir mampu membuka mata hati kami tentang peradaban suku sasaq,secara tidak langsung kami berkumpul sambil menonton film sajadah ka,bah dan trailer "perempuan sasaq terakhir "
hasil karya putra lombok yakni Sandi amaq Rinjani, Dialoge buta ini hadir dari empat daerah diindonesia yang sangat mencintai pradaban dan sejarah nenek moyang,Meskipun saat ini bukan berada di indonesia melainkan sebagai Tenaga kerja diluar negeri, kami tidak mau ketinggalan utk mengetahui perkembangan di negara tercinta baek melalui televisi ataupun dunia internet,pergumulan ini bukan didasari atas acara resmi tetap hanya acara biasa seusai lepas dari tugas kami seperti biasa berkumpul sambil membuka internet inilah rekan rekan kita diantaranya :



Budi bujana sudirman-soreang bandung Jabar
Muhammad Nasier taloe - Ende polores NTT
Muhammad Nahari samsuri moka - Tulungagung Jatim dan
sulton abidin - Praya Loteng
Dalam dialog buta ini kami coba membahas seputar tentang Raja2 diindonesia mulai dari raja Sunda sampai ke kerajaan lombok,kami  bercengkrama membandingkan mulai dari tahun dan sebagian dari sisi babad.lontar dan kitab terkemuka dinusantara yakni Negarakertagama & Kitab Pararaton.Manusia hanya bisa membandingkan dari catatan satu kecatatan lainnya,karena persepsi tentang sejarah raja2 diindonesia khususnya Lombok sasak menemui berbagai macam statemen yg berbeda.mulai dari masalah :
-Perbedaan antara Suku sasaq,orang sasaq dan orang lombok.
-Kedudukan suku sasaq dan tarap kehidupannya.
-Kebangsawanan lombok pengaruh  buadaya dari kerajaan  jawa.
-silsilah suku sasaq dan asal usul dari skala menengah (yg diambil dari berbagai tahun dan terakhir Kitab negarakertagama di dukung oleh babad lombok,babad suwung lontar2 lainya titik temu pembuka tabir peradaban baru suku sasak di lombok ini )


Tetapi sebelumnya kami  minta maaf untuk saudara2,para budayawan,ini kami bahas bukan bermaksud untuk mencari Hitam diatas putihnya para bangsawan lombok,akan tetapi semata mata  untuk memberikan keleluasaan untuk mengulas tentang nenek moyang mereka,terutama generasi muda yang akan menjadi buta sejarah kalau saja kita tidak memberikan penjelasan yang sedetail mungkin,minimnya pengetahuan tentang leluhurnya adalah sebagian dari kurangnya minat generasi muda sekarang untuk mencintai adat dan budayanya,bahkan lebih cendrung melirik budaya barat yang menjurus pada kebebasan,untuk itu
mari kita perhatikan dibawah ini menurut kami :

1.Perbedaan sebutan untuk suku sasaq,orang sasaq dan orang lombok.

Suku sasaq adalah sebutan untuk orang  asli  suku dilombok,mereka kebanyakan bermukim dilereng2 gunung dan pesisir,sedangkan sebutan untuk orang sasaq yakni orang mayoritas yang ada dilombok (selain suku asli sasaq,sasaq moderen).dan sebutan Orang lombok yaitu mencakup keseluruhan penduduk yang ada di pulau lombok baek itu Chine lombok,Arab Lombok Dll.


2.Kedudukan suku sasaq dan tarap kehidupan                                                                                                                                                                                            kalau kita perhatikan secara nyata kehidupan suku sasaq ini sangat  terbelakang dalam sisi zaman ini,  budaya adat istiadat leluhurnya masih tetap dipegang terus.
Rata2 kehidupan suku asli sasak dilombok berada dibawah garis kemiskinan,kita bukan menilai dari pisik bangunan rumahnya saja,tapi secara keseluruhan,pada dasarnya merka sbenarnya ingin hidup yang cukup seperti orang2 kebanyakan,misalnya saja kebutuhan pokok dan tempat tinggal.
Padahal mereka adalah orang asli pulau lombok ini namun sepertinya nyaris tidak mempunyai hak untuk hidup layak,apakah ini kemauan mereka ? kami rasa tidak,sebab diantara merka banyak yang bekerja sebagai buruh,ini adalah satu fakata kalau merka juga ingin hidup layak.

Alam, membentuk karakter manusia, manusia lalu membentuk budaya. Lewat rumah tempat hidupnya Orang Sasak lombok ini memperlihatkan itu semua: kearifan lokal, memuja tradisi, sekaligus beradaptasi dengan tradisi lain, dan modernisme: ada antena televisi di antara rumah-rumah tersebut.
Tapi sampai kapan mereka bertahan, ketika pariwisata dengan gemerincing uangnya mulai mempengaruhi Lombok sebagai tentangga Bali: bagaimana budaya adaptasi dibentuk, dan bagaimana manusia memandang manusia lain? Sudah saatnya pemerintah membuat suatu agenda untuk suku sasaq ini ! atau kita hanya bisa kagum,bangga,padahal perut mereka keroncongan,mereka orang2 lugu dan polos,jangan jerat mereka dengan politik.

3.Dasar kebangsawanan lombok pengaruh budaya kerajaan2 dijawa.
Kami mencoba spekulasi tentang kebangsawanan dilombok ini tidak lepas dari pengaruh budaya kerajaan kerajaan dari jawa coba kita lihat bukti yang mendukung menurut babad dan sejarah orang kepercayaan orang lombok :
.
(A).Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan laeq(dalam bahasa sasak laeq berarti waktu lampau) pendiri kerajaan ini adalah imigran dari jawa.
bahwa ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya kerajaan Pamatan.

Setelah Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Setelah Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
 Pada abad ke 19 hingga abad ke 11 berdiri kerajaan sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan seleparang.

(B).Kitab negarakertagama selaku pembuka tabir keberadaan suku sasak lombok dan para raja2. yang pada sebelumnya (sejarah ttg suku sasak dan para raja diraja,baek dalam babad & lontar lontar disakralkan) sasak suku belum tercatat secara nasional sebagai sebuah suku dan belum begitu dikenal,tapi begitu gembar gembor tentang kitab terkemuka dinusantara itu mencuat sejarah sasak tidak lagi menjadi rahasia tapi sipatnya umum.saat peperangan antara Bali dan Lombok, kerajaan Selaparang telah kalah karena diserang secara tiba-tiba, dan akhirnya semua keluarga kerajaan,harta benda milik kerajaan selaparang dirampas oleh pasukan Bali, sisa-sisa yang tidak terbawa kemudian dibakar. Termasuk mahkota emas Pemban Selaparang dan naskah lontar Negara Kertagama yang sedang dipelajarai oleh para Putra dan Perwira kerajaan Selaparang.




(C).Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah satunya yaitu kata “sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata “sah” yang berarti pergi dan “shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.

(D).Disebutkan di dalam daun Lontar tersebut bahwa agama Islam salah satunya (bukan satu-satunya) pertama kali dibawa dan disebarkan oleh seorang muballigh dari kota Bagdad, Iraq, bernama Syaikh Sayyid Nururrasyid Ibnu Hajar al-Haitami. Masyarakat Pulau Lombok secara turun-temurun lebih mengenal beliau dengan sebutan Ghaos Abdul Razak. Nah, beliau inilah, selain sebagai penyebar agama Islam, dipercaya juga sebagai cikal bakal Sulthan-Sulthan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Lombok.[2] Namun selain beliau, Betara Tunggul Nala (disebut pula Nala Segara) diyakini pula sebagai leluhur Sulthan-Sulthan di Pulau Lombok.
--------------------------------------------

Betara Nala memiliki seorang putra bernama Deneq Mas Putra Pengendeng Segara Katon Rambitan yang bernama asli Sayyid Abdrurrahman. Beliau ini dikenal pula dengan nama Wali Nyatok. Ia disebut sebagai pendiri Kerajaan Kayangan yang merupakan cikal bakal Kerajaan Selaparang. Namun, ketinggian ilmu tarekatnya telah mendorongnya untuk mengundurkan diri dari panggung Kerajaan Kayangan dan kemudian menetap di desa Rambitan, Lombok Tengah, sebagai penyebar agama Islam di wilayah ini.[3] Wali Nyatok ini di Pulau Bali terkenal dengan nama Pedanda Sakti Wawu Rauh atau Dang Hyang Dwijendra. Adapun di Sumbawa terkenal dengan nama Tuan Semeru, sedangkan di Pulau Jawa beliau bernama Aji Duta Semu atau Pangeran Sangupati. Ia dikenal sebagai penyebar agama Islam, pun dianggap sebagai seorang Wali Allah. Ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tasawuf dan Fiqh. Dalam proses menyebarkan agama Islam, salah satu media yang digunakannya adalah Wayang, sebagaimana yang dilakukan pula oleh Sunan Kalijaga. Adapun bentuk mistik Islam yang dibawanya merupakan kombinasi (sinkretisme) antara mistisme Islam (Sufisme) dengan salah satu ajaran filsafat Hindu, yaitu Advaita Vedanta.
Kembali ke soal Kerajaan Selaparang dan Ghaos Abdul Razak. Tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya beliau masuk ke Pulau Lombok. Namun pendapat terkuat menyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Lombok untuk pertama kalinya sekitar tahun 600-an Hijriyah atau abad ke-13 Masehi (antara tahun 1201 hingga 1300 Masehi). Ghaos Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara yang disebut dengan Bayan. Beliaupun menetap dan berda'wah di sana. Beliau kemudian menikah dan lahirlahi tiga orang anak, ya'ni Sayyid Umar, yang kemudian menjadi datu Kerajaan Gunung Pujut, Sayyid Amir, yang kemudian menjadi datu Kerajaan Pejanggik, dan Syarifah Qomariah atau yang lebih terkenal dengan sebutan Dewi Anjani.
Kemudian Ghaos Abdul Razak menikah lagi dengan seorang putri dari Kerajaan sasak yang melahirkan dua orang anak, ya'ni seorang putra bernama Sayyid Zulqarnain (dikenal juga dengan sebutan Syaikh 'Abdul Rahman) atau disebut pula dengan Ghaos 'Abdul Rahman, dan seorang putri bernama Syarifah Lathifah yang juluki pula dengan Denda Rabi'ah. Sayyid Zulqarnain inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Selaparang sekaligus pula sebagai datu pertama dengan gelar Pemban Selaparang atau Sulthan Rinjani.
Nah, sampai disini sudah terdapat dua versi, yakni antara Nala Segara (Betara Tunggul Nala) dan Ghaos Abdul Razak yang sama-sama dipercaya sebagai penyebar agama Islam, menjadi cikal bakal Sulthan-Sulthan Lombok dan pendiri Kerajaan Selaparang. Pertanyaan yang agak menggelitik kemudian adalah: Tidakkah keduanya memang orang yang sama? Tidakkah yang dimaksud sebagai Nala Segara itu sebagai Ghaos Abdul Razak, dan Wali Nyatok adalah Ghaos 'Abdul Rahman. Hal itu masih dimungkinkan mengingat pada masa dahulu seorang tokoh seringkali menggunakan nama-nama berbeda ditempat yang berbeda.
Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di Sumbawa menjadi Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.

Disni cukup jelas meskipun sejarah asal usul orang sasak dan kerajaan dilombok ini masih simpang siur,namun kita bisa menyimpulkan : menurut Persi Gaos Abdulrazak sebutan bangsawan dilombok bukan (seperti sekarang)
Melainkan berbentuk kesultanan sedanngkan menurut persi berbagai sejarah dilombok disebut Pemban seleparang(bukan seperti sekarang ini ) Kemudian kapan nama dan gelar2 itu diganti ?
sekarang tinggal kita yang kembali bertanya dan kita pula yang harus menjawab.

Kami minta maaf yang sebesar besarnya untuk masyarakat lombok atas apa yang kami kupas ini,maksud kami tidak lain hanya ingin tahu yang sebenar benarnya,darimana semua itu didapat,kami juga sebagai orang sasak lombok tidak ingin nama/gelar yang disandang itu mendapat pertanyaan yang sulit dijawab,tapi dengan rasa hormat dan cinta kami kepada leluhur dan para tetua,kami memberanikan diri mengupas semuanya karena selama ini kami hanya kagum,bangga dengan sesuatu yang belum diketahui ,sebagian kutipan yang berdasar,bukan rekayasa..


Bersambung..........................
Sumber: http://sultonsasak.blogspot.com/2012/07/siapa-kami-sebenarnya-generasi-sasak.html
[Read More...]


WAJAH KOTA KOTA DI LOMBOK TEMPO DULU



Bila kita perhatikan gambar2 berikut,apa yang terlintas dibenak kita masing2 ?
sudah pasti ,kita akan berhayal tentang setiap gambar ini dimasa lampau,kadang2 ingin rasanya hidup pada zaman itu untuk menyaksikan betapa kehidupan para raja2,rakyat dan sekeliling alam zaman itu,seperti penuturan seorang tokoh masyarakat yang ada di desa puyung kecamatan jonggat kabupaten lombok tengah,Tuturnya,Jaman dulu,kalau kita ingin pergi kekota praya  dengan jalan kaki bisa memakan waktu 1 hari 1/2 malam ,itupun harus singgah/istirahat sejenak sambil membuka bekal (takilan bhs sasaq) dipabrik bunge(sekarang tepat dipatung Putri mandalika ) setelah itu baru melanjutkan perjalanan memasuki kota praya (Raje koneng )
Timbul pemikiran yang rumit dibenak kita,kok bisa memakan waktu yg begitu lama ya ?                                                       padahal sekarang hanya bisa ditempuh 1jam dengan berjalan  kaki,apa sebabnya  ?
Jendral Mayor PPH van Ham yang tewas dalam intervensi pertama Belanda ke Mataram tahun 1894
Anak Agung Ketut Karangasem, General-Major PPH van Ham (Perwakilan Pusat), General-Major JA Vetter (Komandan), Residen MC Dannenbargh, dan Gusti Jelantik (duduk) saat melakukan negosiasi pada tahun 1894
Gambar pasukan KNIL yang berangkat dari Semarang menuju Lombok tahun 1894 (oleh J.P. Schomake)
Pasukan KNIL saat mendarat di Pantai Ampenan pada tahun 1894
Pasukan KNIL saat akan menyerbu Puri Pagesangan, Cakranegara tahun 1894

Puri Pagesangan (Cakranegara) yang luluh lantah diserbu oleh Belanda (KNIL) pada tahun 1894

Raja Ratu Agung Gede Ngurah Karangasem saat berada di pengasingan Batavia





gambar 01 dan 02. keadaan desa songak kec. sakra lombok timur pada tahun 1925
gambar 03: prajurit kerajaan mengiringi utusan raja tahun 1892
gambar 04: gandrung atau lebih dikenal dengan nama jangger. biasanya jangger dipertunjukkan pada saat pesta perkawinan, khitanan, dan pada acara pertunjukan budaya, foto ini diabadikan pada tahun 1925
gambar 05: jalan ampenan - mataram pada tahun 1894
gambar 06: kantor urusan sipil, sekarang dinamakan kantor catatan sipil pada tahun 1895
gambar 07: pasar ternak kopang tahun 1921
gambar 08: warga labuhan haji pada tahun 1920
gambar 09: lapangan mataram
gambar 10: aktivitas kaum hawa mengambil air disungai pada tahun 1929, lombok timur
gambar 11: lumbung padi suku sasak
gambar 12: mangku dan bujangga sakra tahun 1920
gambar 13: mataram 1920
gambar 14: menteri besar kerajaan selaparang 1865
gambar 15: pakai adat laki-laki suku sasak 1929
gambar 16: peresean 1946
gambar 17: perwakilan lombok tahun 1864
gambar 18: punggawa pura desa cakra lombok barat tahun 1895
gambar 19: raja lombok dan anak buah tahun 1902
gambar 20: rumah warga lombok tengah 1910
gambar 21: masyarakat desa rumbuk sakra tahun 1920
gambar 21: selong 1929
gambar 22: sepolong labuhan haji tahun 1920












Demikian beberapa kumpulan gambar - gambar kuno yang diabadikan didaerah lombok nusa tenggara barat, semoga mampu menambah rasa cinta kita kepada para leluhur sasaq dan membawa kita sebagai suku sasaq/orang sasaq yang punya martabat ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!!!
Sumber: http://sultonsasak.blogspot.com/2012/07/wajah-kota-kota-di-lombok-tempo-dulu.html
[Read More...]


Recent Comments

Popular Posts

Return to top of page Copyright © 2011 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors